DI INDONESIA
Lapisan litosfer dibagi
menjadi lempeng-lempeng tektonik (tectonic plates). Di bumi, terdapat tujuh
lempeng utama dan banyak lempeng-lempeng yang lebih kecil. Lempeng-lempeng
tektonik utama yaitu:
3) Lempeng Australia, meliputi Australia (tergabung dengan Lempeng India antara 50 sampai 55 juta tahun yang lalu)- Lempeng benua
Lempeng-lempeng penting lain yang lebih kecil mencakup
Lempeng India, Lempeng Arabia, Lempeng Karibia, Lempeng Juan de Fuca, Lempeng Cocos, Lempeng Nazca, Lempeng Filipina, dan Lempeng Scotia.
Lempeng-lempeng litosfer ini
menumpang di atas astenosfer. Mereka bergerak relatif satu dengan yang lainnya
di batas-batas lempeng, baik divergen (menjauh), konvergen (bertumbukan), ataupun transform (menyamping/bergeser).
Divergen, bila lempeng-lempeng bergerak saling menjauh, sehingga membentuk celah,
mengakibatkan material lelehan dari astenosfer terinjeksi naik ke atas,
mendingin, lalu membentuk lantai samudra baru yang berupa pematang tengah
samudra, seperti yang terjadi di Samudra Atlantik. Kecepatan lempeng yang
saling menjauh ini bergerak antara 2-10 cm per tahun.
Konvergen, bila lempeng bertemu yang menyebabkan salah satu lempeng menekuk melengkung masuk ke lempeng yang lain. Pada kesempatan inilah ada
lempeng yang dihancurkan di dalam astenosfer, sehingga lempeng yang padat dan kaku itu menjadi lebur di dalam astenosfer yang sangat panas. Ini merupakan
salah satu hukum keseimbangan, ada lempeng yang saling menjauh dengan menambah
lebarnya samudra Atlantik, misalnya, maka harus ada bagian lain dari kelebihan
itu yang harus dihancurkan. Bila dua lempeng benua dan lempengan samudra saling
bertemu, saling menekan, mendorong, pada umumnya lempeng samudra akan menekuk
ke dalam astenosfer, kemudian meleleh. Bahan lelehan terus ditekan kembali ke
atas dengan kekuatan yang luar biasa, sehingga ada bagian yang mencapai
permukaan, dan terbentuklah gunung api, dan daerah ini pun merupakan pusat
gempa.
Gempa bumi, aktivitas vulkanik, pembentukan gunung, dan pembentukan palung
samudera semuanya umumnya terjadi di daerah sepanjang batas
lempeng. Pergerakan lateral lempeng lazimnya berkecepatan 50-100 mm/a.
Transform terjadi bila lempeng saling bergesekan ketika lempeng itu bergerak
berlawanan arah, dengan tidak menyebabkan dampak seperti yang dialami oleh
pergerakan divergen ataupun konvergen. Batas lempengnya berbentuk sesar
transform, pada umumnya terjadi di samudra.
Kepulauan Indonesia adalah
salah satu wilayah yang memiliki kondisi geologi yang menarik. Menarik karena
gugusan kepulauannya dibentuk oleh tumbukan lempeng-lempeng tektonik besar.
Indonesia merupakan daerah
pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan
lempeng Pasific. Tumbukan Lempeng Eurasia dan Lempeng India-Australia
mempengaruhi Indonesia bagian barat (lepas pantai Sumatra, Jawa dan
Nusatenggara), sedangkan pada Indonesia bagian timur (utara Irian dan Maluku
utara), dua lempeng tektonik ini ditubruk lagi oleh Lempeng Samudra Pasifik
dari arah timur.
Pergerakan lempeng saling
mendekati akan menyebabkan tumbukan (subduksi), dimana salah satu dari lempeng
akan menunjam ke bawah yang lain. Daerah penunjaman membentuk suatu palung yang
dalam, yang biasanya merupakan jalur gempa bumi yang kuat. Di belakang jalur
penunjaman akan terbentuk rangkaian kegiatan magmatik dan gunungapi serta
berbagai cekungan pengendapan. Salah satu contoh yang terjadi di Indonesia
adalah pertemuan antara lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia. Pertemuan
kedua lempeng tersebut menghasilkan jalur penunjaman di selatan Pulau Jawa,
jalur gunung api di sepanjang pantai barat Sumatera, Jawa bagian selatan sampai
ke Nusa Tenggara, dan pembentukan berbagai cekungan seperti Cekungan Sumatera
Utara, Sumatera Tengah, Sumatera Selatan dan Cekungan Jawa Utara
Pertemuan lempeng-lempeng
tektonik besar di Indonesia itu menghasilkan berbagai macam fenomena alam.
Salah satu contoh yang terjadi di Indonesia adalah pertemuan antara lempeng
Indo-Australia dan Lempeng Eurasia. Pertemuan kedua lempeng tersebut
menghasilkan jalur penunjaman di selatan Pulau Jawa, jalur gunung api aktif
yang sewaktu-waktu akan metelus di sepanjang pantai barat Sumatera, Jawa
bagian selatan sampai ke Nusa Tenggara, dan pembentukan berbagai cekungan
seperti Cekungan Sumatera Utara, Sumatera Tengah, Sumatera Selatan dan Cekungan
Jawa Utara.
Secara umum bencana alam yang
disebabkan oleh aktivitas tektonik lempeng dapat berupa gempa bumi maupun
letusan gunung berapi. Baik gempa bumi maupun gunung berapi yang sumber
aktivitasnya berada di laut bisa menyebabkan bencana tsunami pada kekuatan
tertentu.
Para ahli gempa menemukan 80%
sumber gempa di seluruh dunia terdapat pada jalur sempit, dekat palung samudra,
serta rangkaian kepulauan vulkanik berbentuk busur. Penunjaman kerak samudera
ke bawah kerak benua pada jalur subduksi dengan gerakan yang lambat tapi
cenderung konstan menyebabkan terjadi tegangan akibat pergesekan sehingga
menimbulkan gempa bumi.
Pengaruh aktivitas letusan
gunung api, gempa bumi, longsoran maupun meteor yang jatuh ke laut dengan
kekuatan tertentu dapat menyebabkan tsunami. Namun, 90% tsunami yang
terjadi di dunia adalah akibat gempa bumi yang berpusat di bawah laut. Dalam
rekaman sejarah beberapa tsunami yang diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya
ketika Gunung Krakatau di Selat Sunda meletus pada 27 Agustus 1883 menyebabkan
gelombang tsunami mencapai ketinggian 40 meter dan menimbulkan korban jiwa
sekitar 36,4 ribu jiwa dan meluluh-lantakkan Pantai Banten, pulau-pulau kecil
di Selat Sunda, dan Pantai Lampung. Tsunami yang terjadi di perairan
Sumatra bagian utara pada 26 Desember 2004 dipicu oleh gempa bumi dengan
kekuatan hampir 9 Skala Richter. Total korban jiwa pada peristiwa tersebut
mencapai sekitar 174 ribu jiwa meliputi sebagian besar warga provinsi Nangroe
Aceh Darussalam dan sebagian kecil warga Kepulauan Nias, Sumatra Utara.
Selain itu, fenomena
tektonik lempeng memberikan sumber kekayaan dan potensi alam yang dapat
bermanfaat untuk kepentingan dan kemakmuran rakyat, mulai dari sumberdaya
mineral, air, batubara, minyak bumi dan gas, sumber energi panas bumi, sampai
pada potensi keindahan alam.
Cekungan-cekungan akibat
tektonik lempeng dapat menjadi medium pengendapan sedimen yang bisa berpotensi
sebagai reservoir air, migas, maupun batubara.